Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, Maret 27, 2008

Membenarkan Dukun dan Tukang Ramal

Membenarkan Dukun dan Tukang Ramal

Sesungguhnya dosa yang paling besar di sisi Allah adalah dosa menyekutukan Allah dalam ibadah dengan sesuatu. Seorang muslim yang mati dengan membawa dosa syirik ini dan belum bertaubat maka ia tidak akan diampuni oleh Allah dan tempatnya di neraka selama-lamanya. Tetapi sungguh sangat mengherankan, justru sebagian besar kaum muslimin terjerumus dalam dosa syirik ini baik itu disadari ataupun tidak disadarinya. Padahal media dakwah sekarang ini telah maju pesat, ada majalah, televisi, radio, atau bahkan internet dan bukanlah menjadi alasan bagi ummat Islam untuk tidak mau menimba ilmu dari berbagai media tersebut. Tentunya harus selektif karena banyak juga ahlul bid’ah yg berusaha menyesatkan kaum muslimin melalui media tersebut.

Salah satu bentuk kesyirikan yang banyak terjadi di negeri-negeri kaum muslimin adalah perdukunan dan tukang ramal. Banyak sekali orang yang jahil meminta pertolongan kepada dukun dan tukang ramal, baik itu dari golongan rakyat biasa, pejabat atau bahkan para pemimpin negeri. Mereka beramai-ramai mendatangi dukun atau tukang ramal untuk berbagai kepentingan, misalnya ada orang yang minta penglarisan agar barang dagangannya laku terjual, ada yang meminta agar memperoleh jabatan atau melanggengkan jabatan, ada yang meminta kewibaan atau ada yang meminta agar tukang ramal meramalkan masa depannya dalam hal rezkinya, umurnya, jodohnya dll.
Allah Ta’ala berfirman:
“(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.” (QS.Al- Jin:26)
Ibnul Jauziy rahimahullah berkata, “Yang mengetahui perkara ghaib hanya Allah Ta’ala saja, tiada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya. Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yg ghaib itu, dan tidak mengajarkannya kepada seorang manusiapun, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Sebab, tanda kebenaran seorang Rasul adalah pemberitahuannya tentang hal-hal ghaib. Artinya Allah akan memperlihatkan hal-hal ghaib yang dikehendaki-Nya kepada orang yang diridhai-Nya untuk mengemban risalah-Nya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa orang yang menyangka bintang-bintang itu menunjukkan hal-hal yang ghaib maka telah kafirlah dia. Wallahu a’alam.”
Para dukun dan tukang ramal itu memanfaatkan kelengahan orang-orang awam (yang minta pertolongan padanya) untuk mengeruk uang mereka sebanyak-banyaknya. Mereka menggunakan banyak sarana untuk perbuatannya tersebut. Diantaranya dengan membuat garis di pasir, memukul rumah sipu, membaca (garis) telapak tangan, cangkir, bola kaca, cermin dan sebagainya.
Jika sekali waktu mereka benar, maka sembilan puluh sembilan kalinya hanyalah dusta belaka. Tetapi tetap saja orang-orang yang dungu tidak mengingatnya kecuali waktu yang sekali itu saja. Maka mereka pergi kepada para dukun dan tukang ramal untuk mengetahui nasib mereka di masa depan, apakah akan bahagia atau sengsara, baik dalam soal pernikahan, perdagangan, mencari barang-barang yg hilang atau yang semisalnya.
‘Aisyah radhiallahu anha berkata, “Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang para dukun, Beliau menjawab,’Mereka itu tidak ada apa-apanya!’ Para sahabat berkata lagi,’ Wahai Rasulullah , adakalanya mereka meramalkan sesuatu dan kemudian ternyata benar.’ Rasulullah SAW menjawab:
“Itu adalah sesuatu yang hak yang didengar oleh jin kemudian dibisikkannya kepada para walinya dan mereka mencampurnya dengan seratus kedustaan.”(HR. Bukhari, Muslim)
Masih dari ‘Aisyah radhilallahu anha, Rasulullah SAW bersabda:
“Para malaikat turun ke awan, kemudian mereka membicarakan sesuatu perkara yang telah ditetapkan di atas langit. setan mencuri dengar pembicaraan itu, kemudian ia membisikkannya ke telinga dukun-dukun itu, lalu para dukun itu menambahkan padanya seratus kebohongan dari dirinya.” (HR.Bukhari)
Hukum orang yang mendatangi tukang ramal atau dukun, jika mempercayai terhadap apa yang dikatakannya adalah kafir, keluar dari agama Islam. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa datang kepada tukang ramal atau dukun kemudian membenarkan apa-apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW.”(HR. Ahmad)
Adapun jika orang yang datang tersebut tidak mempercayai bahwa mereka mengetahui hal-hal yg ghaib, tetapi misalnya pergi untuk sekedar ingin tahu saja, coba-coba atau sejenisnya, maka ia tidak tergolong orang kafir tetapi shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal, lalu ia menanyakan padanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam.”(HR.Muslim)
Termasuk juga dalam perbuatan syirik adalah mempercayai pengaruh bintang dan planet terhadap berbagai kejadian dan kehidupan manusia.
Di dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan sebuah hadits dari Zaid bin Khalid al Jahniy radhiallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah SAW mengerjakan shalat Shubuh berjamaah bersama-sama kami sedangkan langit masih menyisakan hujan yang turun semalaman. Setelah selesai beliau menghadapkan wajahnya kearah hadirin seraya berkata:
‘Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Rabb kalian?’ Mereka menjawab,’Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.’ Lalu beliau melanjutakn,’ Dia berfirman:’ Pagi ini, diantara hamba-hamba-Ku ada yang mukmin kepada-Ku dan ada yang kafir. Orang yang berkata hujan turun menyirami kita berkat kemurahan Allah dan Rahmat-Nya, ia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. sedangkan orang yang berkata hujan turun menyirami kita karena pengaruh bintang ini dan itu, ia adalah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”
Para ulama berkata, “Apabila seorang muslim berkata,’Hujan turun karena bintang ini dan itu, dengan maksud bahwa bintang-bintang itulah yang mengadakan dan pelaku timbulnya hujan, maka ia menjadi kafir dan murtad, tanpa diragukan lagi. Namun apabila ia mengatakan itu dengan maksud bahwa itu hanya sebagai tanda-tandanya dan hujan akan turun dengan adanya tanda-tanda itu, sedangkan turunnya hujan tersebut adalah oleh Allah, Dia menciptakannya, maka ia tidak menjadi kafir. Para ulama berselisih pendapat dalam hal makruhnya. Pendapat yang lebih rajih adalah hal itu makruh, sebab itu merupakan perkataan orang-orang kafir.Itu merupakan zhahir (makna tekstual) hadits tersebut.”
Ramalan-ramalan dengan menggunakan pengaruh bintang atau planet banyak dilakukan pada masa sekarang ini, baik itu di media televise, koran ataupun majalah. Jika ia mempercayai adanya [engaruh bintang dan planet tersebut maka ia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah melakukan perbuatan maksiat dan berdosa. sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal syirik. Di samping itu syaitan terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya kepada hal-hal syirik tersebut, maka membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.
Termasuk syirik, mempercayai adanya manfaat pada sesuatu yang tidaak dijadikan demikian oleh Allah. Seperti kepercayaan sebagian orang terhadap jimat, matera-mantera berbau syirik, kalung dari tulang, gelang logam dan sebagainya, yang penggunaannya sesuai dengan perintah dukun, tukang sihir atau memang merupakan kepercayaan turun temurun.
Mereka mengalungkan barang-barang tersebut di leher, atau pada anak-anak mereka untuk menolak ‘ain. Terkadang mereka mengikatkan barang-barang tersebut pada badan, menggantungkannya di mobil atau rumah. Atau mereka mengenakan cincin dengan berbagai macam batu permata, disertai kepercayaan tertentu, seperti untuk tolak bala’ atau untuk menghilangkannya. Demkian juga dengan meminta pertolongan kepada sebagian jin atau setan, gambar-gambar ruwet, tulisan-tulisan semrawut yang tidak dipahami dan sebagainya. Sebagian tukang tenung menulis ayat-ayat Al Qur’an dan mencampur-adukkannya dengan hal lain yang termasuk syirik. Bahkan sebagian mereka menulis ayat-ayat Al Qur’an dengan barang yang najis atau dengan darah haid. Menggantungkan atau mengikatkan segala yang disebutkan di atas adalah haram Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Barangsiapa yang menngantungkan jimat maka ia telah berbuat syirik.” (HR.Ahmad)
Hal semacam ini tidak diragukan lagi sangat bertentangan dengan (perintah) tawakkal kepada Allah, dan tidaklah hal itu menambah kepada manusia selain kelemahan. Orang yang melakukan perbuatan tersebut, jika ia mempercayai bahwa berbagai hal itu bisa mendatangkan manfaat atau madharat (dengan sendirinya) selain Allah maka ia telah masuk dlm golongan pelaku syirik besar. Dan jika ia mempercayai bahwa berbagai hal itu merupakan sebab bagi datangnya manfaat atau mandharat, padahal Allah tidak menjadikannya sebagai sebab, maka dia telah terjerumus pada perbuatan syirik kecil. Wallahu ‘alam
Maraji:
Kitab Al Kabair (Dosa-Dosa Besar), penulis Imam Adz dzahabi.
Kitab ‘Dosa-Dosa Yang Dianggap Biasa’, penulis Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid.

0 komentar